Liputan Rapimnas Ditjen Perbendaharaan I Tahun 2014
Jakarta, perbendaharaan.go.id – Menteri Keuangan M. Chatib Basri tegaskan visi baru Ditjen Perbendaharaan di hadapan para peserta Rapimnas Ditjen Perbendaharaan, Rabu (2/4), di Gedung Dhanapala Kemenkeu. Menurutnya, untuk mencapai visi baru, yaitu, “Menjadi Pengelola Perbendaharaan yang Unggul di Tingkat Dunia,” Sumber Daya Manusia (SDM) Ditjen Perbendaharaan perlu terus meningkatkan kompetensinya.
“Untuk menjadi treasury manager sepuluh negara terbesar di dunia, dibutuhkan skill dan kemampuan yang luar biasa dari semua SDM di Ditjen Perbendaharaan,” ujar Chatib Basri.
Menurut Chatib Basri, bahwa dari besaran ekonomi Indonesia saat ini, Indonesia merupakan kekuatan ekonomi nomor 15 dunia diantara G20, dengan GDP Indonesia sebesar US$ 1 triliun. Dengan pertumbuhan ekonomi 5% setahun, sangat dimungkinkan pertumbuhan GDP Indonesia menjadi US$2 triliun. Sehingga, ia melanjutkan, untuk menjadi to be a world class state treasury manager, akan menjadi hal yang pasti kedepannya dihadapi oleh Ditjen Perbendaharaan. Dengan kondisi tersebut, sangat dimungkinkan Indonesia akan masuk sepuluh besar dunia.
Dalam menjabarkan misi Ditjen Perbendaharaan yang pertama, yaitu, To achieve prudent efficient, and optimum cash and fund investment management, Menkeu mengakui, bahwa tahun 2014 merupakan tahun yang sangat berat dengan berbagai tantangannya. Selain karena tahun 2014 adalah tahun politik, hal yang paling berat adalah adanya perubahan asumsi makro yang meleset dari nota APBN 2014 dibandingkan dengan pada saat APBN disusun. Terkait dengan masalah masalah ini, kemampuan Ditjen Perbendaharaan dalam mengelola kas, merupakan hal yang sangat penting untuk membuktikan yang terbaik dalam mengelola arus kas. Dengan demikian, tantangan ini membutuhkan skill sebagaimana telah ditunjukkan oleh Ditjen Perbendaharaan pada tahun 2013 dengan SILPA sebesar Rp25,3 triliun dibanding SILPA tahun 2011 sebesar Rp80 triliun.
Terkait misi Ditjen Perbendaharaan kedua, yaitu, To support timely, effective and accountable budget execution, Ditjen Perbendaharaan juga dihadapkan pada tantangan pencairan dana yang accountable dan timely execution. Hal tersebut merupakan hal yang menjadi perhatian yang sangat besar dalam periode politis tahun 2014. Menkeu mengantisipasi, jika pencairan dana tidak timely, maka konsekuensinya akan menjadi perhatian dan menjadi issue yang sangat mudah menyebar. Disisi lain, tantangannya adalah perlunya menjamin governance pembayaran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan timely and accountable execution.
Dalam hal misi Ditjen Perbendaharaan ketiga, yaitu, to achieve accountable, transparent, and timely state finance accounting and reporting. Menkeu memaparkan, bahwa untuk menjamin LKPP yang accountable, Ditjen Perbendaharaan dapat mendukung adanya SDM yang lebih baik. Sebagai contoh, effort dalam penurunan selisih nilai SAL fisik dan pencatatan merupakan achievement yang perlu diapresiasi. Terkait dengan accountable reporting, di tahun 2015 Indonesia akan mengimplementasikan accrual accounting. Menurutnya perlu disadari, proses accrual accounting bukanlah hal yang mudah, namun perlu transformasi yang sangat besar, bukan hanya perubahan proses tapi juga mindset. Untuk itu Menkeu meminta Ditjen perbendaharaan sebagai lead sector harus menjadi leading atas transformasi ini.
Sedangkan penjabaran misi Ditjen Perbendaharaan keempat, yaitu, to develop reliable, professional and modern treasury suppor system, Menkeu menyampaikan bahwa SPAN harus berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Menurutnya, SPAN akan menjadi alat yang revolusioner, yaitu sebagai alat untuk mengubah sistem dan mindset dalam pengelolaan anggaran.
“Dengan tantangan-tantangan tersebut, inilah kesempatan Ditjen perbendaharaan untuk menunjukkan kualitasnya, karena kualitas bisa ditunjukkan ketika tantangan muncul,” imbuh Menkeu.
Terakhir, Chatib Basri juga mengingatkan kepada seluruh jajaran Ditjen Perbendaharaan untuk tidak mudah putus asa dengan semua beban berat dan tantangan yang dihadapi. “If everything seems easy, you are going downhill. Inilah pertanda, bahwa Ditjen Perbendaharaan sedang menghadapi sesuatu yang lebih baik dengan tantangan yang lebih berat,” demikian pesannya.
Oleh: Novri, Tino, Sugeng – Media Center Ditjen Perbendaharaan -www.perbendaharaan.go.id
Jakarta, perbendaharaan.go.id – Menteri Keuangan M. Chatib Basri tegaskan visi baru Ditjen Perbendaharaan di hadapan para peserta Rapimnas Ditjen Perbendaharaan, Rabu (2/4), di Gedung Dhanapala Kemenkeu. Menurutnya, untuk mencapai visi baru, yaitu, “Menjadi Pengelola Perbendaharaan yang Unggul di Tingkat Dunia,” Sumber Daya Manusia (SDM) Ditjen Perbendaharaan perlu terus meningkatkan kompetensinya.
“Untuk menjadi treasury manager sepuluh negara terbesar di dunia, dibutuhkan skill dan kemampuan yang luar biasa dari semua SDM di Ditjen Perbendaharaan,” ujar Chatib Basri.
Menurut Chatib Basri, bahwa dari besaran ekonomi Indonesia saat ini, Indonesia merupakan kekuatan ekonomi nomor 15 dunia diantara G20, dengan GDP Indonesia sebesar US$ 1 triliun. Dengan pertumbuhan ekonomi 5% setahun, sangat dimungkinkan pertumbuhan GDP Indonesia menjadi US$2 triliun. Sehingga, ia melanjutkan, untuk menjadi to be a world class state treasury manager, akan menjadi hal yang pasti kedepannya dihadapi oleh Ditjen Perbendaharaan. Dengan kondisi tersebut, sangat dimungkinkan Indonesia akan masuk sepuluh besar dunia.
Dalam menjabarkan misi Ditjen Perbendaharaan yang pertama, yaitu, To achieve prudent efficient, and optimum cash and fund investment management, Menkeu mengakui, bahwa tahun 2014 merupakan tahun yang sangat berat dengan berbagai tantangannya. Selain karena tahun 2014 adalah tahun politik, hal yang paling berat adalah adanya perubahan asumsi makro yang meleset dari nota APBN 2014 dibandingkan dengan pada saat APBN disusun. Terkait dengan masalah masalah ini, kemampuan Ditjen Perbendaharaan dalam mengelola kas, merupakan hal yang sangat penting untuk membuktikan yang terbaik dalam mengelola arus kas. Dengan demikian, tantangan ini membutuhkan skill sebagaimana telah ditunjukkan oleh Ditjen Perbendaharaan pada tahun 2013 dengan SILPA sebesar Rp25,3 triliun dibanding SILPA tahun 2011 sebesar Rp80 triliun.
Terkait misi Ditjen Perbendaharaan kedua, yaitu, To support timely, effective and accountable budget execution, Ditjen Perbendaharaan juga dihadapkan pada tantangan pencairan dana yang accountable dan timely execution. Hal tersebut merupakan hal yang menjadi perhatian yang sangat besar dalam periode politis tahun 2014. Menkeu mengantisipasi, jika pencairan dana tidak timely, maka konsekuensinya akan menjadi perhatian dan menjadi issue yang sangat mudah menyebar. Disisi lain, tantangannya adalah perlunya menjamin governance pembayaran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan timely and accountable execution.
Dalam hal misi Ditjen Perbendaharaan ketiga, yaitu, to achieve accountable, transparent, and timely state finance accounting and reporting. Menkeu memaparkan, bahwa untuk menjamin LKPP yang accountable, Ditjen Perbendaharaan dapat mendukung adanya SDM yang lebih baik. Sebagai contoh, effort dalam penurunan selisih nilai SAL fisik dan pencatatan merupakan achievement yang perlu diapresiasi. Terkait dengan accountable reporting, di tahun 2015 Indonesia akan mengimplementasikan accrual accounting. Menurutnya perlu disadari, proses accrual accounting bukanlah hal yang mudah, namun perlu transformasi yang sangat besar, bukan hanya perubahan proses tapi juga mindset. Untuk itu Menkeu meminta Ditjen perbendaharaan sebagai lead sector harus menjadi leading atas transformasi ini.
Sedangkan penjabaran misi Ditjen Perbendaharaan keempat, yaitu, to develop reliable, professional and modern treasury suppor system, Menkeu menyampaikan bahwa SPAN harus berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Menurutnya, SPAN akan menjadi alat yang revolusioner, yaitu sebagai alat untuk mengubah sistem dan mindset dalam pengelolaan anggaran.
“Dengan tantangan-tantangan tersebut, inilah kesempatan Ditjen perbendaharaan untuk menunjukkan kualitasnya, karena kualitas bisa ditunjukkan ketika tantangan muncul,” imbuh Menkeu.
Terakhir, Chatib Basri juga mengingatkan kepada seluruh jajaran Ditjen Perbendaharaan untuk tidak mudah putus asa dengan semua beban berat dan tantangan yang dihadapi. “If everything seems easy, you are going downhill. Inilah pertanda, bahwa Ditjen Perbendaharaan sedang menghadapi sesuatu yang lebih baik dengan tantangan yang lebih berat,” demikian pesannya.
Oleh: Novri, Tino, Sugeng – Media Center Ditjen Perbendaharaan -www.perbendaharaan.go.id
No comments:
Post a Comment